Cara Memprediksi Bahaya di Forex Trading

Kamu tentu sudah sering mengetahui bahwa peluang profit yang ditawarkan oleh forex trading sedemikian besarnya. Contoh mudah saja: perhatikanlah mobilitas harga harian lewat grafik/chart. mobilitas sebesar 1000-2000 pips per hari (untuk quote/harga dengan lima desimal) bukanlah hal yang luar biasa. Dengan asumsi 1 pip senilai $1, itu artinya harga bergerak sejauh $1000-$2000 per hari. Bayangkan jika Kamu memulai transaksi buy di harga terendah hari tertentu, lalu harga kemudian naik sejauh 1000 pips, itu artinya Kamu akan mendapat profit sebesar $1000 di hari itu.

Ada peluang, ada resiko

Gambar di atas adalah “rekaman” mobilitas harga untuk currency pair USD/CHF. Bersumber pada mobilitas tanggal 15 Mei 2015, Kamu bisa melihat bahwa bentang harga terendah (0.91135) hingga harga tertinggi di hari tersebut (0.92540) adalah sejauh 1405 pips. Itu artinya setara dengan $1405.

Pada tanggal 16 Mei 2015, tampak mobilitas sejauh 1107 pips, yang artinya setara dengan $1107. Itulah bukti bahwa peluang di forex trading memang besar.

seumpamanya Kamu telah melakukan transaksi Buy di harga – katakanlah – kisaran 0.91524, lalu transaksi tersebut Kamu tutup di 0.92631, itu berarti Kamu mendapat profit sebesar sekitar $1107.

Tetapi, itu jika perkiraan Kamu benar. Bagaimana seumpamanya harga turun tajam setelah Kamu membuka posisi Buy? Tentu saja Kamu akan rugi.

Jadi jelaslah, bahwa peluang yang ditawarkan dalam forex trading berbanding lurus dengan resiko yang dihadapi. Untuk itulah tak bosan-bosannya saya mengingatkan perlunya manajemen resiko alias risk management.

Antisipasi resiko sebelum terjadi
Jangan tunggu mengalami loss baru Kamu kelabakan mencari jalan keluarnya.Resiko selalu ada. Kamu bisa mengalami loss kapan saja saat melakukan transaksi. Itu harus Kamu sadari sebelum memulai transaksi agar bisa merencanakan langkah antisipasi yang sesuai. Untuk itu, siapkan teknik manajemen resiko yang tepat dalam trading plan Kamu.

Jika Kamu sudah merencanakan teknik manajemen resiko, maka ketika terjadi loss Kamu akan segera bisa menetapkan langkah apa yang akan diambil. Sejauh ini, kami masih menyarankan cut loss sebagai alat manajemen resiko yang paling efektif dan efisien. Meskipun demikian, bukan berarti Kamu tak boleh menggunakan alat lain semisal cost averaging atau bahkan martingale sekalipun. Hanya saja yang harus diingat adalah cost averaging apalagi martingale menyediakan peluang resiko yang lebih besar. Kamu pun harus merencanakan langkah-langkah antisipasi jika pasar tidak “bersetuju” dengan teknik tersebut.

Intinya, persiapkan langkah-langkah antisipasi resiko jauh sebelum Kamu meng-klik tombol buy atau sell.

Jangan “Sok Jago” di dalam trading.

Pernahkah Kamu:

merasa transaksi yang akan Kamu lakukan pasti akan berbuah profit?
mengabaikan posisi floating loss karena yakin harga akan berbalik arah sesuai dengan keinginan Kamu?
membombardir pasar dengan lot raksasa karena yakin akan mendapatkan profit dengan cepat?
menambah atau melipatgandakan posisi saat mengalami floating loss?
Jika Kamu menjawab “ya” pada salah satu (atau bahkan semua!) pertanyaan di atasmaka saat itu Kamu sedang terjangkit penyakit “Sok Jago”.

Ingatlah bahwa Kamu tidak bisa menetapkan arah mobilitas pasar. seumpamanya pasar diibaratkan padang pasir, Kamu hanyalah ibarat setitik debu di padang pasir yang tidak memiliki kekuatan apa pun.

Tetapi memang demikianlah adanya. Di atas kita telah berulang-ulang menyebutkan masalah resiko dalam forex trading. Dikombinasikan dengan ketidakberdayaan Kamu melawan pasar, maka bermain “Sok Jago” jelas merupakan tindakan bunuh diri.

Karena itu jangan melakukan tindakan berbahaya yang di luar kapasitas kemampuan kita. Kerugian terjadi bukan hanya karena ada resiko di pasar, tetapi bisa juga karena perilaku trader itu sendiri. Waspadalah.

(Yn)

Speak Your Mind

*

*