Bursa Saham Seperti Ini, Investasi Jangka Pendek Atau Panjang? (2)

Jakarta -Banyak dari kita setuju bahwa Pro dan Kontra adalah suatu hal yang wajar dalam keseharian kita. Dengan adanya Pro dan Kontra, maka hidup jadi terasa lebih ‘hidup’ dan bergairah. Demikian juga dengan investasi.

Dalam kondisi ekonomi Indonesia yang belakangan ini kian hari kian memburuk, kita semua mengakui bahwa dengan biaya hidup yang semakin lama semakin mahal, serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kian terpuruk, dan diperparah dengan nilai tukar rupiah yang tidak berdaya melawan dolar Amerika Serikat (AS) yang perkasa.

Pertanyaan yang sering diajukan adalah, dengan kondisi seperti ini apakah lebih tepat berinvestasi untuk jangka pendek saja, atau tetap untuk jangka panjang?

Kalau di tulisan sebelumnya sudah dibahas dari sudut pandang investasi jangka pendek, maka seperti halnya Pro dan Kontra, dalam tulisan ini kita akan lihat bagaimana sudut pandang dari investasi jangka panjang. Apa saja tips melihat perusahaan yang bisa dijadikan acuan untuk investasi jangka panjang. Mari kita bahas bersama.

Perbaikan Kondisi Dalam Jangka Panjang
Dalam waktu beberapa bulan terakhir, kita melihat penurunan dari nilai aset dan investasi kita, termasuk di antaranya saham dan obligasi. Sementara properti cenderung stagnan. Akan tetapi, hal ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di beberapa negara lain juga di kawasan Asia. Dan seperti pengalaman yang sudah terjadi sebelumnya, investasi memang harus dilihat dari sudut pandang jangka panjang.

Mengapa? Karena biasanya butuh beberapa waktu bagi perusahaan tersebut untuk bisa bertahan dalam situasi ekonomi yang buruk, sebelum mereka bisa bangkit kembali. Belum lagi ketika kita bicara siklus ekonomi yang memang naik dan turun, maka kondisi saat ini adalah kondisi yang sedang turun sehingga suatu hari nanti akan naik kembali. Itulah sebabnya mengapa Perencana Keuangan selalu mengatakan investasi untuk jangka panjang.

Basis Untuk Perusahaan Bisa Bertahan dan Bangkit Kembali
Dalam sejarah investasi, biasanya perusahaan yang memiliki dana tunai berada dalam posisi lebih baik untuk bisa bangkit kembali, dibandingkan perusahaan lain yang tidak punya dana tunai atau hanya sedikit dana tunai. Perusahaan lain yang mempunyai penjualan yang regular dan konsisten (memiliki pembeli produk secara regular) di Indonesia, contohnya seperti perusahaan produsen rokok, juga mempunyai kesempatan untuk bertahan lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain.

Perusahaan yang mempunyai utang dan kesulitan membayar cicilan juga bisa bertahan selama dilakukan restruktur ulang pada utang mereka, dengan catatan bisnisnya masih memiliki potensi untuk maju ke depannya.

Basis Untuk Investasi Jangka Panjang
Kesimpulannya adalah, perusahaan yang baik dengan pengelola yang baik kemungkinan besar akan tetap bisa bertahan dari kebangkrutan apabila perusahaan tersebut bisa restrukturisasi produksi dan restrukturisasi utang mereka. Apalagi bila suku bunga masih rendah, utang yang seharusnya jatuh tempo dalam waktu dekat dapat diperpanjang sampai 5 tahun, kemudian dengan menggunakan skema cicilan tetap. Nah, bila anda gabungkan perusahaan dengan dana tunai yang banyak serta penjualan yang konsisten, maka perusahaan sejenis ini bisa menjadi basis sebagai instrumen investasi jangka panjang.

Kembali ke statistik dan sejarah investasi di Indonesia dan di mana pun di dunia, bahwa investasi dalam jangka panjang, di atas 5 tahun atau bahkan 10 tahun cenderung berpotensi memberikan keuntungan, meskipun kondisi di masa lalu tidak bisa dijadikan patokan kepastian untuk kondisi di masa yang akan datang.
Nah menjawab pertanyaan di atas kembali, apakah berinvestasi untuk jangka pendek atau jangka panjang? Anda percaya yang mana?

(ang/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*