Bursa Asia Menguat Dipicu Sentimen The Fed dan ECB

Singapura – Bursa saham Asia pada perdagangan Selasa (22/9) naik dan dolar tetap stabil karena bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat dan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mengatakan siap memudahkan kebijakan moneter lebih lanjut.

Indeks kawasan Asia Pasifik di luar Jepang MSCI Index naik 0,4 persen pada pukul 21.40 EDT, bursa saham Australia naik 0,6 persen dan Korea Selatan KS11 bertambah 0,3 persen. Adapun bursa saham Jepang ditutup hingga Rabu.

Sementara dolar AS turun tipis setelah semalam menguat. Hal ini meyusul sinyal beberapa pejabat Federal Reserve yang menyatakan, bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga tahun ini. Dolar AS melemah 0,1 persen menjadi 95,802 terhadap sekeranjang enam mata uang setelah sebelumnya naik 1 persen.

Begtu halnya bursa saham AS yang menguat semalam setelah Presiden Fed St Louis James Bullard dan Presiden Fed Atlanta Dennis Lockhart secara terpisah mengatakan, bahwa The Fed memberikan sinyal untuk menaikkan suku bunga pada tahun ini. Pernyataan tersebut memicu kenaikan saham-saham sektor keuangan.

Analis platform trading OptionsXpress, Ben Le Brun di Sydney menagtakan, volatilitas (fluktuasi) pasar tetap berlanjut sampai pertemuan Federal Open Market Committee pada bulan Oktober.

Investor akan mencari kejelasan lebih lanjut tentang keputusan Fed dan pertemuan sejumlah pejabat bank sentral, termasuk Lockhart dan Ketua Janet Yellen yang dijadwalkan menggelar pertemuan minggu ini.

Di Eropa, Kepala Ekonom ECB Peter Praet menegaskan kesiapan ECB untuk memodifikasi program pembelian obligasi triliun euro sebagai wujud menyelamatkan perekonomian yang mengalami turbulensi.

“Kenaikan bursa saham Asia juga akibat sentimen bursa Tiongkok yang naik 1,9 persen pada perdagangan Senin,” kata Kepala strategi Commonwealth Bank of Australia, Richard Grace, di Sydney.

Bursa saham Tiongkok memperpanjang tren positif pada perdagangan Selasa, dimana CSI300 naik 1,1 persen dan Shanghai Composite SSEC, naik 1 persen.

“Namun, hal itu tidak akan bertahan lama jika PMI Tiongkok September yang dirilis besok melemah. Hal ini pada gilirannya akan menekan bursa AS,” kata Grace.

Ekonom yang disurvei jajak pendapat Reuters mengharapkan indeks pabrik Tiongkok (PMI) naik tipis menjadi 47,5 pada September dari 47,3 pada bulan Agustus.

Kekhawatiran investor akan perlambatan di Tiongkok memicu aksi jual masif di bursa saham global pada bulan lalu. Hal ini menjadi dasar The Fed sebagai salah satu faktor utama yang meyakinkan mereka mempertahankan suku bunganya pada pekan lalu.

Whisnu Bagus Prasetyo/WBP

Reuters


Distribusi: BeritaSatu – Pasar Modal

Speak Your Mind

*

*