Bursa AS Masih dalam Tren Positif

INILAHCOM, New York – Reli di pasar saham telah mengangkat indeks utama Amerika ke puncak tertinggi barunya di tahun 2017, yang menceriminkan ketidakpastian atas nasib agenda ekonomi dadri presiden Trump dan kerentanan saham untuk pembalikan valuasi rata-rata.

Indeks S&P 500 turun 1,4% minggu lalu, penurunan terbesar sejak pekan yang berakhir pada 4 November, semminggu sebelum pemilihan umum Amerika. Perjuangan pemerintahan Trump dan Kongres Republik untuk meloloskan RUU kesehatan untuk menggantikan Undang-Undang Perawatan Terjangkau memacu penurunan pasar pekan ini, menurut para trader seperti mengutip cnbc.com.

Pada Jumat (24/3/2017), pimpinan Republik di Kongres membatalkan RUU, yang mana menurut para investor hal ini menjadi tes pertama bagi pemerintahan Trump dan kunci dari kemampuan pemerintahannya untuk mengimplementasikan agenda legislatifnya, termasuk permotongan pajak dan stimulus fiskal.

Banyak investor membeli saham sejak pemilihan umum dan bertaruh bahwa kebijakan tersebut akan dilakukan, dan memperkuat pertumbuhan ekonomi Amerika.

Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 59,86 poin pada Jumat atau 0,3% ke angka 20.596,72 menaruhnya 2,5% lebih rendah dibanding penutupan pada 1 Maret.

Skala kemunduran minggu ini menyoroti kekhawatiran lama pasar, yakni valuasi saham yang begitu tinggi setelah delapan tahun bull market hampir terganggu bahkan penurunan sentimen tanpa mengacu pada penjualan yang signifikan.

Survey portofolio baru dilakukan oleh Bank of America Merrill Lynch menunjukkan 34% responden mengatakan bahwa ekuitas overvalued, proporsi tertinggi sejak survey dimulai pada tahun 2000 silam.

Tiga minggu setelah Dow Industrials menyentuh rekor tertingginya di 21000, 81% dari survey investor menagtakan bahwa saham Amerika paling overvalued dari seluruh wilayah di dunia, yang juga merupakan indeks tertinggi yang pernah disurvey.

Tingginya valuasi tidak menandai bahwa pasar jatuh dengan sendirinya, dan banyak trader menekankan pembahasan mengenai data seperti rasio harga / laba yang valuasi, bahkan ketika diregangkan atau sangat rendah biasanya memberikan investor sedikit bantuan di waktu terjadinya pergeseran arah pasar.

Meski begitu, ada persepsi yang berkembang bahwa saham Amerika adalah crowded trade, yang berarti bahwa banyak investor yang bertaruh dan akan terus meningkat dan  hanya dibutuhkan sedikit kekecewaan untuk memicu gelombang penjualan.

Harga S&P 500 diperbandingkan analis untuk keuntungan selama tahun depan, melalui rasio harga/laba, mendekati posisi tertinggi di tahun 2014.

Pengukuran yang sama mengikuti laba tertinggi dalam 13 tahun. Harga S&P 500 dibandingkan dengan nilai intrinsik juga berada di sekitar tingkat tertinggi di 2014.

Dengan langkah ini, pasar saham tampaknya masih meraup banyak uang.

Mengukur penilaian atas dasar harga untuk arus kas yang dihasilkan oleh S&P 500 mendekati angka tertinggi di tahun 2002. Hal yang sama berlaku untuk harga penjualan yang diharapkan.

Mungkin tingkat penilaian yang paling menyenangkan datang daru metrik jangka panjang yang dipopulerkan oleh ekonom pemenang hadiah Nobel Robert Dhiller. Skilus ini menyesuaikan rasio harga/laba didasarkan pada harga saham Amerika dibagi dengan laba rata-rata selama 10 tahun terakhir disesuaikan dengan inflasi. CAPE-nya hanya berada di bawah 30, level yang diraih pada 2002.

Untuk meyakinkan, perkiraan konsensus untuk penjualan dan pendapatan S&P 500 telah meningkat seiring dengan saham, meskipun tidak terlalu banyak. Pertumbuhan penjualan yang diharapkan untuk S&P 500 selama tahun depan adalah 5,5% dibandingkan dengan 5,8% pada Januari, yang merupakan tertinggi sejak Mei 2012, menurut Yardeni Research.

Ekspektasi laba ke depan untuk pertumbuhan 10,6% turun sedikit dari 11,7% pada Januari, yang merupakan tertinggi sejak Oktober 2011. [hid]
    


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*