BRI Mengincar Utang Valuta Asing Berdenominai US$ 350 Juta Untuk Refinancing

shadow

PT Bank Rakyat Indonesia adilsiregar 4 www.financeroll.co.id imagesFinanceroll – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mengincar utang valuta asing berdenominasi dollar Amerika Serikat sebesar US$350 juta untuk kebutuhan refinancing dan bisnis.

Direktur Keuangan BRI mengatakan kebutuhan valuta asing bagi refinancing utang jatuh tempo perseroan setiap tahun mencapai US$100 juta–US$150 juta.

Untuk itu apabila ada kemungkinan dana pinjaman valas sebesar US$350 juta dengan suku bunga yang lebih baik, tentu akan dimbil oleh BRI.

Tergantung kalau rate bagus, akan diambil. Saat ini BRI enggak pernah patok berapa, bisa dilihat penawarannya.

Kebutuhan pendanaan BRI pada tahun ini diperkirakan mencapai US$200 juta. Hingga semester I/2014, BRI belum memperoleh dana pinjaman valas sehingga diperkirakan pada semester ini opsi pendanaan tersebut akan dipilih.

Utang jatuh tempo bank pelat merah itu mencapai Rp2 triliun yang berasal dari obligasi subdebt berdenominasi rupiah. Namun, pinjaman valas itu akan digunakan untuk refinancing utang-utang berdenominasi dolar AS.

Terkait imbauan untuk melakukan hedging valas, perseroan telah melakukan natural hedging valas. Pinjaman yang diperoleh dalam bentuk valas selain untuk refinancing utang valas juga disalurkan bagi nasabah-nasabah yang memerlukan valas.

Manajemen BRI justru menganjurkan kepada nasabah-nasabah BRI khususnya yang mempunyai kewajiban valas agar melakukan hedging, risiko bisa dikurangi.

Berdasarkan informasi di Bloomberg, emiten berkode saham BBRI itu akan mencari pinjaman sebesar US$350 juta dengan tenor 3 tahun. BRI disebutkan bahwa bank-bank yang akan mengucurkan pinjaman antara lain ANZ, BNP Paribas, Commerzbank, DBS, HSBC, UOB dan Wells Fargo.

Per kuartal I/2014, BRI meraup laba Rp5,93 triliun atau meningkat 16,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp5,08 triliun.

Sementara itu, Moody’s Investors Service memerkirakan persaingan untuk menarik dana antar bank di Indonesia akan tetap sengit 12-18 bulan ke depan. Indikasi dapat dilihat pada peningkatan signifikan suku bunga deposito yang ditawarkan masing-masing bank.

Sebagian besar bank, terutama bank-bank kecil kian tertekan oleh peningkatan biaya dana, marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) diperkirakan akan kian menyusut sehingga profitabilitas secara keseluruhan anjlok.

Assistant Vice President Moody’s dan Analis mengatakan diperkirakan kompetisi untuk deposito tetap intens selama 12-18 bulan ke depan, mengingat rata-rata rasio kredit terhadap pendanaan sekitar 90% pada 31 Maret 2014, hanya sedikit lebih rendah dari batasan regulasi.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*