BRI: Kondisi Global Ancam Perbankan Nasional

INILAHCOM, Jakarta – Wakil Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso mengatakan, saat ini kondisi perbankan nasional masih dalam kondisi yang sehat.

Akan tetapi, dia menggarisbawahi, ada ancaman kondisi akan memburuk jika kondisi global juga belum membaik. “Kalau diukur dari kesehatan bank, bank kita sehat. Kuat juga iya. Tapi ada masalah karena situasi sekarang masih ada kondisi global tak menentu,” kata Sunarso di Jakarta Kamis (24/03/2016).

Dirinya mengatakan saat ini laba-laba perbankan mengalami penurunan yang cukup tajam sekitar 70 persen, namun belum ada yang mengetahui.

“Pada tahun lalu ajah laba bank-bank mengalami penurunan sekitar 7 persen, hanya saja bank-bank BUMN tidak mengalami hal ini, karena kan hampir sebagian besar pasar perbankan dikuasai oleh bank-bank BUMN,” kata dia.

Selain itu kata dia likuiditas perbankan juga terpengaruh oleh kondisi harga komoditas yang menurun. Sebab, dengan menurunnya harga komoditas pendapatan negara juga turun sehingga ketersediaan likuiditas pada perbankan juga terbatas.

“Ekonomi kita juga masih bergantung pada komoditas. Karena bank itu adalahfollow the trade, jadi ketika harga komoditi turun, pendapatan negara turun maka ada potensi bank juga turun,” jelas dia.

Lebih lanjut, masih kata Sunarso, harga komoditas juga mempengaruhi pertumbuhan permintaan kredit. Oleh karena itu, kondisi likuiditas secara mikro masih cenderung aman sedangkan secara makro ada pontensi tertekan.

“Tantangan perbankan likuiditas, yang secara mikro masih aman tapi secara makro keliatannya sudah rawan. Makanya bank akan jadi lebih konservatif dalam menghadapi likuiditas,” paparanya.

Untuk mengatasi hal ini, kata Sunarso, pemerintah harus menciptakan iklim investasi yang bersahabat bagi para investor, dengan akan berdampak pula bagi industri perbankan nasional.

“Pertama, kita harus menciptakan iklim investasi yang baik di dalam negeri. Dengan begitu uang yang ada di luar itu mau masuk ke dalam negeri bahkan reinvestasi lagi di Indonesia,” ujarnya.

“Dengan begitu, financial inklusion, ini bisa dipakai untuk memperbaiki likuiditas perbankan. Masih banyak uang di bawah bantal untuk menambah likuiditas di perbankan yang bisa dipakai untuk menyalurkan kredit ke pembangunan nasional. Maka yang harus dilakukan adalah bagaimana meningkatkan literasi keuangan dan memperbaiki jaringan dari banknya,” tandasnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*