Brexit Masih Menggelora, Stress Test AS Jadi Bumbu Sedap Lanjutan

Panduan fundamental mingguan Financeroll – Lepasnya Inggris dari Uni Eropa atau brexit memberi nuansa kelabu pada perdagangan global dimana pasar saham dan mata uang banyak yang melemah tajam. Ancaman akan segera meredupnya perekonomian di benua biru seakan tak bisa membendung investor untuk melakukan pola safe haven sejenak baik itu di komoditi maupun di pasar uang, karena pasar saham global runtuh sehingga pola “black Friday” muncul kembali setelah medio 2008 lalu. Brexit sendiri meninggalkan bulir-bulir sengketa yang kemungkinan besar akan segera muncul dimana Skotlandia akan segera melakukan referendum untuk lepas atau tidaknya dari Inggris Raya atau Great Britain. Seperti kita ketahui pula bahwa Skotlandia memberi sumbangan 2/3 kegiatan industrinya demi laju pertumbuhan ekonomi Inggris. Sektor tenaga kerja juga mengalami hal yang sama dimana Inggris akan kesulitan mendapatkan buruh migran yang terkenal murah, sehingga praktis bila brexit diterapkan maka akan banyak industri kesulitan mendapatkan tenaga kerja trampil dan murah, dus, kondisi inilah yang membuat perkiraan kami bahwa laju GDP Inggris akan mengendor rata-rata 1.6% hingga 2.3% pertahunnya. Itu dari sisi ekonomi, sedangkan dari sisi politik, poros Anglo-Saxon yang berkembang hampir 4 dekade juga terancam keberadaannya. Dus, AS akan menjadi kesulitan untuk bermanuver ke Eropa karena selama ini AS bisa melakukan intervensi tersebut melalui bantuan dari Inggris, sehingga peluang-peluang politik yang akan hilang selalu diikuti pula peluang investasi yang mengendur. Namun sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, yang bisa kita terawang dan merencanakan wacana investasi kedepan adalah korelasi kekuatan ekonomi antar negara atau biasa kita sebut mencari titik keseimbangan baru, seperti power purchase parity, balance of payment parity dan interest …


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*