Bos Pertamina: Harga Minyak Anjlok, Tapi Dolar di Atas Rp 14.000

Jakarta -Harga minyak dunia saat ini terus anjlok, satu sisi kondisi ini berdampak pada turunnya pendapatan perusahaan hulu minyak dan gas bumi (migas), di sisi lain membuat harga produk bahan bakar minyak (BBM) menjadi lebih murah.

Sayangnya, saat harga BBM global sedang murah, kurs dolar Amerika Serikat (AS), mata uang yang digunakan untuk membeli BBM impor naik cukup tinggi.

Hal tersebut seperti diungkapkan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto, dalam acara Refining Day 2015, bertema ‘Inovasi Untuk Negeri’, di Ballroom Gedung Utama Kantor Pusat Pertamina, Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Selasa (15/12/2015).

“Harga minyak terus turun saat ini di level terendah dalam dua tahun, terakhir di bawah US$ 40 per barel. Setelah harga agak membaik, justru kurs rupiah mengalami tekanan lagi, karena isu The Fed. Sekarang di atas 14.000 lagi,” ungkap Dwi.

Ia menambahkan, ketergantungan impor BBM terutama Premium nasional masih cukup tinggi, sementara hampir rata-rata usia kilang yang dikelola Pertamina sudah tua, sehingga kurang efisien.

“Sekarang, speck kilang kita masih kompleksitasnya rendah, ini membuat kita sangat krisis. Sehingga kita harus ambil langkah lebih dalam dibandingkan pemain dunia (perusahaan migas lain). Kita harus lebih efisien,” kata Dwi.

Seperti diketahui, dolar AS pagi ini Rp 14.065. Rencana The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga masih jadi faktor yang bikin dolar AS menguat.

Sementara, harga minyak dunia belum berhenti turun. Selama 7 hari berturut-turut, harga minyak dunia turun, dan kemarin mendekati tingkat terendahnya dalam 11 tahun terakhir.

(rrd/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*