BI Siapkan 'Obat Kuat' untuk Rupiah

INILAHCOM, Jakarta – Untuk menahan agar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak ambrol terus-terusan, Bank Indonesia (BI) menambah amunisi baru. Apa amunisinya?

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, BI akan menambah amunisi, melalui sebuah kerja sama dengan bank sentral negara lain. “Untuk menjaga nilai tukar (rupiah) agar sesuai fundamental, terus dilakukan berbagai upaya. Hari ini kita lagi tanda tangan dengan negara sahabat (bank sentral),” ujar Agus di Jakarta, Senin (14/12/2015).

Saat ditanya lebih kongret soal kerjasama dengan bank sentral ini, Agus masih merahasiakannya. Mantan menkeu era Presiden SBY ini juga tak menyebut bank sentran dari negara mana. “Kita baru akan umumkan kerja sama yang baru ini besok (Selasa, 15/12),” ujar Agus.

Sebelumnya, BI telah menjalin kerja sama melalui skema bilateral currency swap agreement (BCSA) dengan beberapa negara, termasuk Tiongkok yang barus saja menambah nilai BCSA dari US$ 15 miliar menjadi US$ 20 miliar. Salah satu fungsi kerja sama BCSA tersebut adalah menambah dukungan likuditas antarnegara.

Selain kerjasama dengan bank sentral negara lain, kata Agus, upaya menjaga rupiah ditempuh dengan membedayakan peran otoritas moneter. “Dalam hal ini, pengelolaan utang luar negeri harus hati hati, kita juga keluarkan kebijakan makro prudensial, dan pendalaman pasar keuangan,” papar mantan dirut Bank Mandiri itu.

Agus mengingatkan, rapat Komite Pasar Terbuka Federal pada 15-16 Desember 2015, kemungkinan bakal menetapkan penaikan suku bunga The Fed mendekati 1,125%. Kemungkinan, kenaikan akan berlangsung sampai level 2,625% pada 2017.

Dengan kenaikan itu, bisa menjadi pukulan telak untuk rupiah. Dalam perdagangan hari ini saja, posisi rupiah sempat dibuka anjlok 95 poin menjadi Rp 14.062 per US$. [tar]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*