BI: penguatan rupiah dipicu belanja fiskal pemerintah

Jakarta (ANTARA News) – Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai penguatan nilai tukar rupiah yang mencapai tiga persen hingga awal Maret 2016, didorong oleh percepatan realisasi belanja fiskal pemerintah.

Menurut Agus, di Jakarta, Jumat, pembentukan laju pertumbuhan ekonomi selama dua bulan pertama tahun ini, sebagian besar disumbang dari pencairan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016.

Adapun kontributor lain terhadap pertumbuhan seperti konsumsi domestik, dan investasi swasta, menurut Agus, belum begitu menunjukkan perbaikan signifikan.

“Swasta khususnya, dalam investasi non-bangunan (non-konstruksi) itu belum cukup begerak, kita harapkan di kuartal II ataupun kuartal III nanti akan lebih terlihat,” kata dia.

Agus mengatakan realisasi APBN, khususnya belanja modal pemerintah, seharusnya mendorong swasta untuk ekspansi bisnisnya, sehingga pada akhirnya dapat menumbuhkan sektor riil.

Dilihat dari fundamen ekonomi, para investor juga, kata Agus, mengapresiasi perbaikan aspek lain dari reformasi struktural perekonomian domestik.

Misalnya, laju iflasi, hingga akhir Februari terkendali dan secara tahun ke tahun (year on year/yoy) berada di proyeksi BI di 4 persen plus minus satu persen

“Dari sisi neraca transaksi berjalan, ada perbaikan dari 2,9 persen terhadap PDB (pada 2014 turun ke sekitar 2 persen (akhir 2015), itu yang membuat optimisme dunia ke Indonesia,” ujarnya.

Hingga awal Maret 2016, dana asing yang masuk ke pasar surat berharga negara maupun pasar modal, kata Agus, sebesar Rp35 triliun.

“Di pekan keempat Februari 2016 memang ada reverseal (pembalikkan modal) sebesar Rp1,5 triliun. Tapi itu lebih karena ulah trader yang ingin ambil untung saja,” kata dia.

Kurs tengah BI pada Jumat siang menunjukkan nilai tukar rupiah sebesar Rp13.159 per dolar AS, menguat dibandingkan Kamis (3/3) sebesar Rp13.260.

Adapun, pada transaksi antarbank di Jakarta, Jumat pagi, nilai tukar menguat sebesar 72 poin menjadi Rp13.160 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.232 per dolar AS.

Sementara, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menilai kondisi makroekonomi domestik yang membaik telah membuat investor memburu Surat Utang Negara (SUN).

“Laju nilai tukar rupiah masih mempertahankan tren kenaikannya terhadap dolar AS dengan terus bergerak positif untuk melanjutkan penguatannya,” ujarnya.

Editor: Unggul Tri Ratomo

COPYRIGHT © ANTARA 2016


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Moneter

Speak Your Mind

*

*