BI: Dolar di Rp 11.600 Masih Wajar

Jakarta -Bank Indonesia (BI) menilai kurs rupiah di level Rp 11.600 per dolar Amerika Serikat (AS) merupakan hal yang wajar. Dari April hingga Juni, ada pembayaran dividen ke luar negeri sehingga permintaan valas meningkat dan berimbas pada depresiasi rupiah.

Hal tersebut dikemukakan Mirza Adityaswara, Deputi Senior Gubernur BI, ketika ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Kamis (24/4/2014). “Sebenarnya rupiah menguat dan melemah kita harus menganggap biasa selama masih dalam koridor yang wajar. Kemarin menguat ke Rp 11.200 sekarang melemah ke Rp 11.600 ya kembali kepada level sebelum Pemilu. Jadi menurut saya masih hal yang normal, belum harus dikhawatirkan,” paparnya.

Mirza menilai ada potensi nilai tukar rupiah masih akan fluktuatif hingga Juni. “Perkiraan BI memang biasanya April-Juni ada pembayaran dividen ke luar negeri jadi permintaan dolar ada. Memang kita harus tetap pantau,” katanya.

Meski demikian, Mirza memperkirakan tidak akan terjadi pelemahan yang tajam. Ini karena arus modal masuk masih cukup deras, walau tidak seperti saat Pemilu lalu.

Mirza juga mengatakan rupiah tidak akan melemah tajam seperti Agustus 2013. Saat itu pasar keuangan global terguncang akibat rencana bank sentral AS (The Fed) untuk mengurangi stimulus melalui pembelian obligasi.

“Itu keadaan luar biasa, rupiah melemah dan emerging country melemah setelah ada pidato Bernanke. Sekarang rupiah sudah priced in, market sudah mulai men-digest jadi sudah tidak terlalu kaget-kagetan,” jelas Mirza.

(drk/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*