BI Diminta Kencangkan Intervensi Saat Rupiah Menguat

Selasa, 06 Oktober 2015 | 15:03 WIB

Ilustrasi mata uang rupiah. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta –  Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus menguat pada hari ini. Hari ini rupiah bahkan tembus di kisaran 14.200 per dolar Amerika Serikat. Ekonom dari Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menyarankan Bank Indonesia mengencangkan peran dan intervensinya agar rupiah terus menguat sebelum rapat The Fed berlangsung. “Mumpung sedang menguat, tingkatkan intervensi sampai rupiah ke level 14.000 supaya aman,” ujar Lana saat dijumpai, Selasa, 06 Oktober 2015.

The Fed bakal menggelar rapat di Oktober ini, perkiraan terburuk jika bank sentral Amerika Serikat itu jadi menaikkan suku bunganya akan berdampak pada penguatan mata uang negeri Abang Sam tersebut. Penguatan dolar ini, kata Lana, dipastikan akan membuat rupiah melemah dan tanpa adanya intervensi untuk penguatan rupiah dikhawatirkan rupiah bisa tembus sampai level Rp 15.000.

Soal penguatan rupiah yang terjadi sejak kemarin, Lana memaparkan memang ada kontribusi dari global seperti data ketenegakerjaan Amerika Serikat yang baru saja dipublikasikan. Data tersebut menyebut penyerapan tenaga kerja hanya bertambah 142.000 orang jauh di bawah target 201.000 orang , demikian juga data tentang pengangguran tetapnya yang masih tinggi, yakni 5,1 persen. “Dengan data ini maka ada harapan The Fed akan menunda kenaikan suku bunganya, spekulasi ini yang menguatkan rupiah,” kata Lana.

Selain itu, Lana menambahkan, ada juga faktor regional seperti dari Cina dan Jepang. Bank Dunia mengkoreksi pertumbuhan ekonomi Cina dari 7,1 ke 6,9 persen untuk tahun ini dan Jepang pun mulai mengeluarkan stimulus karena data pertumbuhannya yang melambat. Dari sisi investor, inilah yang membuat mereka berharap stimulus-stimulus dicairkan oleh negara-negara tersebut.

Tetapi penguatan dolar yang signifikan ini menurut Lana juga tidak bisa dilepas dari faktor internal, meski penyebabnya masih ditelusuri tapi kemungkinan paling besar adalah adanya penjualan dolar besar-besar oleh bank-bank atau BUMN besar. “Belum tahu siapa tapi tampaknya ada bank-bank BUMN atau BUMN seperti Pertamina yang gelontorkan dolar, karena ini naiknya signifikan,” jelasnya.

GUSTIDHA BUDIARTIE


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*