Bersiap menata portfolio investasi

JAKARTA. Pasar modal masih dipengaruhi ketidakpastian suku bunga AS dan pelemahan nilai tukar rupiah. Sejak awal tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah memerah 18,8% ke posisi 4.244. Para pemodal disarankan bersiap menata portfolionya.

Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo menilai, ketidakpastian suku bunga The Fed merupakan semua sumber permasalahan yang ada. Ia mengatakan, pemodal dapat mulai bergerak mengubah portfolionya jika bank sentral Amerika Serikat tersebut telah memberikan keputusannya dalam menaikkan suku bunga.

Lebih lanjut, analis LBP Enterprise Lucky Bayu menyarankan pemodal untuk mengubah portofolionya di Januari mendatang. Apalagi pada periode itu, The Fed dipastikan telah memberi kepastian kenaikan suku bunganya. “January effect merupakan momentum siklus perubahan portofolio secara umum. Hedge fund, bankir, dan manajer portofolio menyusun ulang portofolionya,” ucapnya.

Ia merekomendasikan pemodal untuk menempatkan 30% dana investasinya di Januari. Lalu seiring berjalannya pasar pada Maret, pemodal dapat masuk dengan menambah 30% dananya lagi.

Lucky menyebut bahwa saat ini pemodal hanya bisa mempertimbangkan orientasi waktu menanamkan dananya. Bagi trader, Lucky menyarankan untuk balik badan dari semua sektor. Pasalnya, kondisi pasar sedang tidak bersahabat.

Sementara, Satrio menyarankan pemodal untuk memutuskan apakah ingin trading atau investasi. Bagi yang melakukan trading, pilihlah saham yang sedang dalam tren naik seperti sektor konstruksi. Ia juga melihat bahwa beberapa opsi saham yang dalam tren kenaikan yaitu PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS).

Dalam menanamkan modalnya, Lucky menyarankan pemodal untuk memperhatikan sektor. Dengan likuiditas pasar yang melemah seperti saat ini, ia merasa investor hanya mampu bertumpu pada kinerja sektoral untuk orientasi jangka menengah panjang.

Ia pun menyarankan investor untuk memperbesar porsinya di sektor infrastruktur. Ini karena pernyataan Menteri Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional yang mengklaim telah merealisasi 60% serapan anggaran untuk infrastruktur. Selain itu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pun menuntut aliran dana desa dapat segera terrealisasi.

Kemudian, Lucky menyebut saham manufaktur khususnya PT Astra International Tbk (ASII) dapat dilirik. Karena di tengah pelemahan kinerja, ASII tetap berjuang membagi dividen. Ini merupakan salah satu cara mendorong kinerja harga sahamnya.

Apabila ingin investasi, Satrio menyarankan untuk melihat prospek jangka panjang dan jangan takut dengan kinerja jangka pendek. Ia menekankan bahwa investasi adalah meyakini prospek ekonomi ke depannya lebih baik. Namun saat ini, kita masih mempertanyakan semuanya.

Jika suku bunga The Fed menanjak, Lucky yakin dollar akan menguat. Menurutnya, nilai tukar rupiah mampu melemah ke Rp 15.500. Satrio menambahkan, Bank Indonesia (BI) tengah mengikatkan diri ke The Fed. Ia menekankan bahwa BI masih mengerem pertumbuhan ekonomi. Sedangkan BI hanya akan melepas remnya kalau The Fed telah memberi kepastian tingkat suku bunga. Kondisi ini pun membuat pergerakan rupiah menjadi tidak jelas.

Satrio merasa, BI berusaha menjaga volatilitas rupiah tak terlalu lebar setiap harinya. Namun ia belum bisa memperkirakan pelemahan rupiah ini sampai dimana. Menurutnya, posisi resistance rupiah adalah Rp 15.100 sampai Rp 15.600 pada akhir tahun.

Sampai akhir tahun, Satrio memperkirakan rentang IHSG masih lebar. Ia memprediksi, posisi support IHSG yakni 3.900-3.950. Lalu posisi resistance pada 4.900-5.100. Sedangkan Lucky memprediksi, kinerja pasar tak akan agresif di sisa tahun ini. Ia menurunkan outlook IHSG akhir tahun menjadi 4.000 karena rupiah yang cenderung tertekan. Bahkan menurutnya, bottom IHSG bisa di posisi 3.800.

 

Editor: Barratut Taqiyyah.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*