Bensin Premium Tak Disubsidi, APBN Aman dari 'Hantu' Pelemahan Rupiah

Jakarta -Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2015, pemerintah mengasumsikan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 12.500/US$. Namun saat ini, dolar sudah di level Rp 13.200.

Berdasarkan data Reuters, saat ini dolar AS diperdagangkan di Rp 13.202. Posisi dolar AS terkuat ada di Rp 13.240.

Meski begitu, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menegaskan, pemerintah tidak akan begitu saja mengubah asumsi kurs di APBN-P 2015. Pasalnya, mengubah asumsi sama saja dengan merombak postur APBN, mulai dari penerimaan, belanja, sampai pembiayaan defisit.

“Asumsi itu kan sudah ditentukan dalam UU, nggak bisa diubah. Asumsi itu diperlukan untuk membuat postur, yang sekarang sudah terbentuk,” kata Bambang di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Lagipula, lanjut Bambang, APBN-P 2015 sudah relatif tidak terlalu sensitif terhadap perubahan kurs. Penyebabnya adalah subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sudah tidak lagi ‘menghantui’ APBN.

Dulu, perubahan kurs akan langsung berdampak pada subsidi BBM. Subsidi bisa membengkak triliunan rupiah akibat pelemahan rupiah.

Namun mulai 1 Januari 2015, pemerintah sudah mencabut subsidi BBM untuk Premium. Sementara Solar diberikan subsidi tetap (fixed subsidy) Rp 1.000/liter. Ini membuat subsidi BBM bisa ditekan dan terkendali.

“Sekarang ini memang kalau ada pelemahan rupiah tidak seperti dulu. Kalau dulu itu kan rupiahnya melemah, subsidinya naik, defisitnya bisa lewat dari 3% (dari Produk Domestik Bruto) misalnya. Sekarang nggak begitu lagi ceritanya, nggak ada dampak kepada pelebaran defisit,” jelas Bambang.

(hds/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*