Beli Saham Berpatokan pada Level IHSG

INILAHCOM, Jakarta Analis melihat arah IHSG berikutnya cenderung turun menguji support 5.400. Atas dasar itu, belilah saham dengan berpatokan pada level-level IHSG. Seperti apa?

Praktisi pasar modal Jimmy Dimas Wahyumengatakan hal itu kepada INILAHCOM seraya memberikan saran baik untuk para trader maupun investor plus saham-saham pilihannya.

Pada perdagangan Jumat (13/3/2015), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 13,366 poin (0,25%) ke posisi 5.426,466.

Sepanjang perdagangan Jumat, indeks mencapai level intraday tertinggi di angka 5.462 atau menguat 22,756 poin dan mencapai level terendahnya 5.420,8 atau turun 19,032 poin.Berikut ini wawancara lengkapnya:

Mengakhiri pekan lalu, IHSG terkoreksi 13 poin ke 5.426. Bagaimana Anda melihat arah berikutnya?

Saya melihat, arah IHSG berikutnya cenderung turun terlebih dahulu. Ada peluang koreksi lebih lanjut. Kita harus melihat apakah support 5.400 kuat atau tidak. Jika tidak, support IHSG berikutnya di 5.300 yang merupakan support yang sangat kuat. Di sisi lain, resistance IHSG di level tertinggi yang pernah diraih di 5.500. Hanya saja, koreksi tersebut semata koreksi sehat karena aksi-aski profit taking.

Bagaimana dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang sudah tembus 13.000 per dolar AS?

Ya memang, berita selalu mengaitkan pelemahan IHSG dengan penurunan nilai tukar rupiah. Yang mengaitkan pelemahan IHSG dengan rupiah, rupanya sudah lupa, saat IHSG menguat dan menembus rekor berkali-kali hingga 5.500, saat itu rupiah terus menunjukkan pelemahan. Pelemahan rupiah saat itu berbanding terbalik dengan laju IHSG.

Risiko pelemahan rupiah hingga level berapa?

Sebelumnya, rupiah saya proyeksikan nilai tukar rupiah berada di kisaran 12.000-13.500 hingga akhir 2015. Ternyata terakhir, rupiah sudah ke 13.200 bahkan 13.300.

Masalahnya, menteri keuangan, gubernur BI, dan menko perekonomian mengatakan, pemerintahan menghendaki rupiah stabil bukan menghendaki penguatan rupiah. Penguatan rupiah bukan tujuan melainkan kestabilan.

Jika rupiah stabil melemah, perlahan-lahan terus melemah akan memukul perusahaan-perusahaan yang berbasis importir. Jadi, yang perlu jadi perhatian investor, saat rupiah berada di kisaran level psikologis 13.500-14.000 per dolar AS.

Faktor eksternal bagaimana?

Dari eksternal, pelaku pasar harus mencermati Bank Sentarl AS, The Fed yang pada 18 Maret 2015 akan rapat moneter. Kemungkinan The Fed akan memutuskan kenaikan suku bunga acuannya yang dikhawatirkan pasar global. Saya sendiri yakin the Fed belum akan menaikkan suku bunga acuannya.

Dalam situasi ini, apa saran Anda untuk para pemodal di bursa saham?

Untuk trader jangka pendek, saya sarankan tetap fokus pada saham-saham yang sudah turun dan kemudian berada di area belinya. Sementara itu, untuk investor jangka panjang, lebih baik wait and see dulu bagi yang baru mau masuk.

Bagi investor yang sudah berada di dalam sistem investasi, harus ingat bahwa investasi memang untuk jangka waktu yang panjang.

Saham-saham yang Anda rekomendasikan?

Untuk saham-saham pilihan dalam situasi seperti ini, saya lebih suka saham-saham dari LQ45. Saya sarankan cermati saham PT Astra International (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM), trio banking saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI) dan PT Bank Central Asia (BBCA) plus PT Bank Negara Indonesia (BBNI). Lalu, saham PT Unilever Indonesia (UNVR), dan PT Pakuwon Jati (PWON).

Bagaimana strateginya?

Pada saham-saham tersebut bisa langsung masuk. Hanya saja, kalau bias, beli di harga bawah alias buy on weakness. Jika tidak beli di harga bawah, boleh masuk 50% terlebih dahulu.

Kuncinya, lebih baik beli saham dengan berpatokan pada level IHSG. Jika IHSG turun ke 5.400, masuk 50% dan jika turun lagi ke 5.300, masukan lagi sisanya.[jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*