Beli Saham Batu Bara Saat Harga Minyak US$60

INILAHCOM, Jakarta Para pemodal di bursa saham, baru disarankan beli saham batu bara saat harga minyak menguat ke US$60 per barel. Perhatikan juga harga kontrak masing-masing emiten. Seperti apa?

Kiswoyo Adi Joe, analis saham dari PT Investa Saran Mandiri mengatakan, harga batu bara sebetulnya mengikuti harga minyak. Jika harga minyak rendah, biasanya, harga batu bara berada di bawah harga minyak. “Sebab, batu bara merupakan substitusi minyak. Jika harga minyak naik, baru harga batu bara bisa naik,” katanya kepada INILAHCOM.

Jika harga minyak rendah seperti sekarang, lanjut dia, harga batu bara bisa lebih rendah lagi. “Sebab, harga batu bara mengikuti harga minyak,” tandas dia.

Lebih jauh dia menjelaskan, energi terdiri dari tiga: minyak, gas, dan batu bara. “Jika harga minyak mahal, orang akan beralih ke gas. Gas lebih murah dan lebih bersih dibandingkan minyak dan batu bara. Jika harga gas mengalami kenaikan, baru beralih ke batu bara yang paling murah,” papar dia.

Akan tetapi, meski paling murah, volusi batu bara paling kotor. “Jika harga minyak saja turun, harga batu bara lebih turun. Jadi, pilihan pertama minyak, kedua gas, baru batu bara jadi pilihan ketiga,” tuturnya.

Dia menegaskan, jika harga minyak turun, harga gas mungkin bisa bertahan karena paling bersih. Tapi, harga batu bara tak terselamatkan karena paling kotor secara volusi. “Namun demikian, saya melihat, penurunan harga minyak sudah hampir berakhir,” ungkap dia.

Di atas semua itu, para investor saham batu bara, tinggal menunggu waktu kapan naiknya. “Seharusnya, untuk 2015, kisaran harga minyak di US$60-80 per barel. Karena harga minyak masih rendah, saya sarankan hindari dulu saham-saham batu bara,” timpal dia.

Jika harga minyak sudah kembali ke atas US$60 per barel, baru boleh masuk di saham-saham batu bara. “Saya perkirakan, harga minyak beranjak ke US$60 per barel pada bulan Juni 2015. Untuk beli saham batu bara pun, tunggu Juni saja,” ucapnya.

Selain harga minyak, dia menyarankan, perhatikan juga kontrak masing-masing emiten batu bara. “Ada yang jangka pendek, ada juga yang jangka panjang. Jika emiten menggunakan harga kontrak penjualan batu bara jangka panjang, emiten tersebut tidak terpengaruh oleh penurunan harga minyak,” kata dia.

Jika kontrak jangka pendek, harus dilihat kontrak penjualan batu bara mereka di harga berapa dan sampai kapan. “Jangan sampai, harga lagi rendah mereka teken kontrak satu tahun. Ternyata, tengah tahun harga naik, mereka rugi. Emiten tidak bisa menikmati kenaikan harga batu bara karena tetap harus jual di harga rendah sesuai kontrak,” uturunya.

Menurut Kiswoyo, masing-masing emiten batu bara, punya harga kontrak penjualan masing-masing yang berbeda-beda. “Jadi, cermati harga jual-beli kontrak batu bara masing-masing emiten, selain harga minyak,” imbuhnya.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*