BEI Pangkas Target Emiten Baru Jadi 22 Perusahaan

Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) merevisi target jumlah emiten baru tahun ini menjadi 21-22 perusahaan dari semula 32 perusahaan. Revisi ini menyusul perlambatan ekonomi yang berimbas ke pasar saham domestik, serta depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

“Secara total, faktornya berasal dari global. Faktanya tidak ada orang yang bisa atur ekonomi di negaranya sendiri terutama currency,” kata Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Senin (28/9).

Selama tahun berjalan ini, jumlah emiten baru BEI mencapai 13 perusahaan, menyusul pencatatan perdana (listing) saham PT Victoria Insurance Tbk (VINS), kemarin. Secara total, Victoria Insurance menjadi emiten ke-517.

Tito menegaskan, BEI sudah melaporkan revisi target emiten baru tahun ini kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Nantinya OJK yang menentukan kepastian jumlah target emiten baru hasil revisi. BEI hanya sebatas menyampaikan saja.

Lebih lanjut Tito menjelaskan, dewan direksi BEI akan melakukan rapat dengan komisaris BEI dan OJK untuk menentukan target emiten baru tahun depan. Dia memperkirakan target emiten baru tahun depan minimal sebanyak 30 perusahaan. “Kalau bisa lebih dari itu,” ujar dia.

Tito optimistis bisa menjaring sebanyak 32-42 emiten baru pada 2016. Target tersebut dapat tercapai dengan cara membentuk papan pengembangan kedua. Papan pengembangan kedua berisikan emiten yang memiliki prospek di masa depan, seperti emiten dari sektor pertambangan, industri kreatif, dan finansial.

Analis Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, pemangkasan target emiten baru yang menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham tahun ini tergolong wajar dan realistis. Sebab, kondisi pasar melemah. Harga saham juga cenderung murah, sehingga perusahaan akan kesulitan untuk menghimpun dana yang banyak dari IPO.

“Ini karena memang perusahaan yang IPO tentunya ingin mendapatkan dana yang banyak dengan harga saham yang lebih tinggi,” jelas Satrio.

Secara terpisah, analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee juga mengatakan, revisi target emiten baru oleh BEI memang wajar, apalagi sudah di pengujung tahun dan kondisi pasar tidak mendukung. “Investor jangka pendek bisa akumulasi beli saham-saham yang terkoreksi turun,” ujar dia.

Calon Emiten
Saat ini, calon emiten yang masuk dalam pipeline BEI sebanyak sembilan perusahaan, antara lain PT Summarecon Investment Property (SIP), PT Dua Putra Utama Makmur, PT Indonesia Pondasi Raya, PT Mahaka Radio Integra, dan PT Atmindo.

Selain itu PT Mitra Komunikasi Nusantara, PT Duta Lestari Sentratama (Kino Indonesia), PT Internux, dan PT Vallianz Offshore Maritim.

Summarecon Investment Property, anak usaha PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), akan menawarkan hingga 20 persen dari modal disetor, dengan target raihan dana sekitar US$ 200 juta.

Sementara itu, Dua Putra Utama Makmur membidik dana hingga Rp 500 miliar dengan melepas 41 persen saham ke publik. Dua Putra menunjuk DBS Securities, BNI Securities, dan Sucorinvest Central Gani sebagai penjamin emisi.

Di lain pihak, PT Indonesia Pondasi Raya, perusahaan yang didirikan oleh Yang Suryahimsa, berencana melepas sekitar 15 persen saham ke publik.

Selanjutnya, Mahaka Radio, anak usaha PT Mahaka Media Tbk, berencana melepas sekitar 30 persen saham ke publik. Sedangkan perusahaan manufaktur yang berbasis di Deli Serdang, Sumatera Utara, yaitu Atmindo berniat melepas 22 persen saham baru ke publik. Perseroan menggunakan laporan keuangan Mei 2015 sebagai dasar valuasi. Adapun bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi adalah PT Panin Sekuritas.

Transaksi Harian
BEI berencana menaikkan kembali target rata-rata nilai transaksi harian menjadi Rp 7-8 triliun pada 2016. Sebelumnya, BEI memangkas target rata-rata transaksi harian menjadi Rp 6 triliun dari Rp 7 triliun sepanjang tahun ini.

Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia BEI Chaeruddin Berlian mengatakan, target transaksi tersebut akan dibahas jajaran manajemen pada rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2016, pada pekan ini. Target tersebut akan berdasarkan asumsi makro yang dipasang pemerintah pada tahun depan.

“Target transaksi harian tahun depan kemungkinan kembali menjadi Rp 7 triliun, bahkan bisa lebih tinggi lagi atau sekitar Rp 8 triliun,” jelas dia.

Sementara itu, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Hamdi Hassyarbini mengatakan, asumsi makro yang dipakai untuk penetapan target biasanya dari sejumlah lembaga seperti Bank Indonesia (BI). BEI juga menggunakan kajian dari tim internal.

Pekan lalu, BI dalam rapat dengan komisi XI DPR RI sepakat mempersempit asumsi nilai tukar rupiah dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 dari sebelumnya Rp 13.400-13.900 menjadi Rp 13.700-13.900 per dolar AS.

Adapun BEI merevisi proyeksi rata-rata transaksi harian menjadi Rp 6 triliun, lantaran kondisi pasar saham sepanjang tahun berjalan ini yang telah terkoreksi lebih dari 20 persen.

“Kami revisi karena meleset dari perkiraan awal. Semula, asumsi makronya itu terbilang optimistis. Kalau transaksi harian berkurang, pendapatan BEI juga ikut terevisi” kata Hamdi.

Sebagai informasi, dalam RKAT 2015 yang disetujui pemegang saham pada 29 Oktober 2014, BEI memproyeksikan rata-rata nilai transaksi harian saham sepanjang 2015 mencapai Rp 7 triliun dengan jumlah hari bursa sebanyak 245 hari.

Ketika itu, asumsi makro yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,4-5,7 persen. Laju inflasi pada kisaran 5,5 persen sampai dengan 5,75 persen.

Investor Daily

Muhamad Edy Sofyan/Farid Nurfaizi/FMB

Investor Daily


Distribusi: BeritaSatu – Pasar Modal

Speak Your Mind

*

*