Begini Dampak Kenaikan Suku Bunga the Fed Versi BI

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Bank Indonesia menilai kenaikan suku bunga bank sentral AS (Fed Funds Rate/FFR) yang pertama nanti tidak akan berdampak negatif. Bank Sentral AS, Federal Reserve telah menahan suku bunga di level mendekati nol persen sejak akhir 2008.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, kenaikan suku bunga the Fed dipastikan terjadi. Namun, waktu penetapannya belum bisa dipastikan.

“Sebenarnya kenaikan bunga yang pertama ini memang ditunggu-tunggu, tapi menurut saya kalau nanti terjadi kenaikan bunga yang pertama itu dampaknya tidak negatif,” jelasnya kepada wartawan seusai Rapat Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah Pusat dan Daerah di Yogyakarta, Jumat (13/11). 

Menurutnya, pasar sudah tahu suku bunga AS akan naik. Kekhawatiran kenaikan suku bunga AS sudah ada sejak 2013, kemudian di awal 2015, Seandainya suku bunga dinaikkan pada Desember tahun ini, menurutnya tidak akan menjadi sesuatu yang negatif bagi dunia. Meskipun, dia menyatakan ada yang memberi peringatan agar AS berhati-hati dalam menaikan suku bunga. 

Mirza menambahkan, jika AS menaikan suku bunga maka tidak berarti  ada kenaikan lagi bulan berikutnya. Kenaikan suku bunga AS yang pernah terjadi pada 2004-2006 dari satu persen menjadi lima persen diperkirakan tidak akan terjadi lagi. Bank sentral AS akan sangat berhati-hati dan tidak akan terburu-buru, misalnya akan menaikkan dari 0,25 persen ke 0,5 persen, kemudian dari 0,5 persen ke 0,75 persen.

Sehingga, seharusnya gejolak di pasar keuangan dinilai tidak akan besar lagi. Namun, ia mengatakan suku bunga the Fed harus tetap diwaspadai dan tidak boleh lengah. Sebab, orang melihat kenaikan suku bunga AS dari 0,25 persen saat ini bisa menjadi dua persen, bisa dalam dua tahun atau tiga tahun.

“Tapi harusnya kita tidak harus jadi khawatir dengan kenaikan bunga yang pertama ini,” ujarnya.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Speak Your Mind

*

*