Bank Sentral Selandia Baru “Lawan Arah”, Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Bps

Hari ini bank sentral Selandia Baru mengeluarkan kebijakan yang cukup mencengangkan (13/3). RBNZ memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya untuk keluar dari kondisi suku bunga di rekor paling rendah yang telah menjadi trend di antara negara-negara ekonomi maju selama beberapa tahun terakhir.

Bank sentral Selandia Baru ini menjadi yang pertama di antara negara-negara ekonomi maju, untuk menaikkan suku bunga. RBNZ juga menegaskan bahwa mereka akan mempercepat pemotongan stimulus moneter untuk mengatasi momok inflasi yang mulai mengintai.

Gubernur RBNZ Graeme Wheeler menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dan saat ini berada di level 2.75 persen. Mata uang kiwi New Zealand mengalami kenaikan tajam setelah Wheeler menyatakan bahwa kenaikan lanjutan mungkin akan terjadi di bulan-bulan berikutnya. Diperkirakan hingga akhir tahun kenaikan suku bunga akan mencapai 125 bps.

Kenaikan harga produk susu, proses rekonstruksi paskabencana alam gempa bumi senilai 40 miliar kiwi dollar (34 milliar dollar) untuk kota Christchurch dan imigrasi terkuat dalam 10 tahun telah memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Para petinggi RBNZ melakukan pendekatan yang berbeda dengan bank-bank sentral negara maju lainnya setelah harga rumah mengalami kenaikan tajam di kota terbesar Auckland. Hal ini menimbulkan potensi terjadinya gelembung dan tekanan inflasi.

Menurut Stephen Toplis, kepala riset RBNZ, kondisi ekonomi Selandia Baru amat berbeda dengan negara-negara maju lainnya. Sehingga keputusan untuk memperketat moneter dengan jalan menaikkan suku bunga acuan merupakan yang paling tepat untuk dilakukan saat ini.

Bank-bank sentral negara maju lain seperti Fed, ECB, BOE dan BOJ sebelumnya justru telah menegaskan kembali komitmen untuk mempertahankan suku bunga rendah.

Ika Akbarwati/Senior Analyst Economic Research at Vibiz Research/VM/VBN                                    

Editor: Jul Allens


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*