AS Tak Tergantung Timteng Lagi, Ical Prediksi Harga Minyak Akan Turun

Jakarta -Mantan Menko Perekonomian Aburizal Bakrie (Ical) memprediksi harga minyak dunia akan anjlok seiring tidak tergantungnya lagi Amerika Serikat terhadap Timur Tengah. AS yang merupakan konsumen minyak terbesar dunia tak perlu impor lagi, sehingga pasokan akan berlebih dan harga terkoreksi.

“Ingat pada 2006 produksi Amerika mencapai 5 juta barel per hari. Pada 2012 produksi naik 7,5 juta barel per hari, dan pada 2020 diprediksi mencapai 11 juta barel per hari. Besar sekali,” kata Ical di acara Indonesia Green Infrastructure Summit 2014, Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Rabu (30/4/2014).

Selain itu, lanjut Ical, AS juga dapat membeli minyak dari Kanada yang memiliki cadangan yang luar biasa.

“Kanada produksinya memang hanya 1,8 juta per barel saat ini, tapi dia punya cadangan 1,1 triliun barel per hari. AS bisa beli dari sana, selain cadangan yang dia punya masih sangat lama bahkan tak terhingga,” jelas Ical.

Oleh karena itu, tambah Ical, bisa dikatakan AS tak lagi membutuhkan pasokan minyak dari Timteng. Saat ini Timteng masih menjadi kawasan penghasil minyak terbesar di dunia. Akibat konsumen terbesarnya yaitu AS tak butuh minyak dari mereka lagi, maka penawaran (supply) tidak sebesar permintaan (demand) sehingga harga turun.

“Harga minyak akan mengalami kejatuhan seperti gas, dari US$ 13 menjadi hanya US$ 6. Jika itu terjadi bisakah kita memproduksi energi yang lebih murah termasuk energi non fuel seperti angin atau geotermal? Itu tantangannya,” papar Ketua Umum Partai Golkar ini.

(rrd/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*