Arah rupiah pasca testimoni Yellen

JAKARTA. Rupiah terbang tinggi, memanfaatkan sikap pasar yang wait and see testimoni Gubernur The Fed Janet Yellen.

Di pasar spot pada Rabu (10/2), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) melesat 1,15% ke 13.454 dibandingkan hari sebelumnya. Sejalan, kurs tengah rupiah Bank Indonesia (BI) melambung 1,1% menjadi 13.538.

Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, mengatakan, penguatan rupiah karena faktor USD yang tengah melemah signifikan. Pasar menanti testimoni Yellen pada Rabu (10/2) malam yang diprediksi dovish, mengingat indikator ekonomi AS yang mengecewakan dalam dua pekan terakhir.

“Ketika ketidakpastian dan pesimisme global melanda, pelaku pasar pasti akan memilih memindahkan aset. Terjadi risk aversion,” tutur Josua. Keadaan ini menguntungkan rupiah. Faktor internal turut mendukung penguatan rupiah.

Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Albertus Christian menambahkan, capital inflow ke pasar saham dan obligasi pemerintah cukup besar. “Karena bond kita atraktif, aliran dana asing yang masuk pun deras, rupiah terangkat,” kata Josua.

Selain itu, harga minyak dunia rebound. Kenaikan harga minyak ini jelas mendukung penguatan mata uang berbasis komoditas seperti rupiah. Pergerakan rupiah Kamis (11/2) perlu menilik testimoni Yellen.

Menurut Christian ada tiga skenario. Pertama, ada arah kelesuan ekonomi AS akan segera mereda sehingga prospek suku bunga terjaga. “Dengan skenario ini rupiah bisa tertekan karena USD kembali diburu,” duga Christian. K

edua, arah negatif karena perekonomian AS terganggu gejolak global. Serta skenario ketiga, arah terburuk, yakni resesi ekonomi AS sudah terlihat dan belum akan selesai dalam waktu dekat. Artinya akan ada pelemahan USD akibat peluang kenaikan suku bunga The Fed tertahan.

Skenario kedua dan ketiga lebih mungkin terjadi. Hari ini, Christian menduga, rupiah menguat di 13.300-13.530. Sedangkan Josua menebak, rupiah menguat di 13.400-13.600.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*