APEX terkena efek fluktuasi harga minyak

JAKARTA. Emiten migas, PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) terus memperkuat bisnisnya. Tahun ini, APEX berencana menerbitkan surat utang senilai US$ 20 juta. Apexindo menerbitkan obligasi melalui anak usahanya yang berbasis di Belanda, Ocean Peak Holding B.V. (OPHBV). Obligasi tersebut akan terbit di akhir tahun ini.

APEX akan memakai dana obligasi untuk menambah rig, mendanai debt service account dan liquidity account. Meski dirilis oleh perusahaan yang berlokasi di Belanda, bukan berarti obligasi ini tercatat di negara itu. “Itu tergantung permintaaan pemegang obligasi,” ujar Direktur Utama PT Apexindo Pratama Duta Tbk, Zainal Abidinsyah, beberapa waktu lalu.

Dari sisi bunga obligasi, Apexindo siap menawarkan maksimum sebesar 12% per tahun. Tingkat bunga ini naik dari rencana sebelumnya sebesar 10% per tahun.

Untuk menerbitkan obligasi, perseroan harus memenuhi beberapa hal. Misalnya, APEX turut menggadaikan seluruh kepemilikannya di OPHBV. Jaminan lainnya adalah gadai saham atas seluruh saham OPHBV di anak usahanya, Ocean Peak Drilling BV. Gadai saham atas seluruh saham OPHBV di Apexindo Drilling BV juga menjadi jaminan obligasi. Dua jaminan lain untuk emisi obligasi adalah rig dan assignment asuransi rig.

Rencana merilis obligasi sudah mendapat restu mayoritas pemegang saham APEX, melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), Kamis (18/9) lalu.

Saat ini APEX memiliki tiga lini bisnis tetap, yaitu mengelola enam rig lepas pantai (offshore drilling services), delapan rig darat (onshore drilling services) dan satu unit floating production, storage and offloading (FPSO).

Sekretaris Perusahaan APEX, Frieda Salvantina pernah bilang, kelak aset APEX akan bertambah. Namun dia tak menyebutkan angka penambahan rig. Tanpa menjelaskan sumber dana untuk menambah rig, Frieda hanya menyebutkan APEX akan didukung pendanaan dari pasar modal, peningkatan pangsa pasar dan kemungkinan menerbitkan saham baru (right issue). Dia menegaskan right issue bukanlah satu-satunya opsi. Bisa juga skema pendanaan lain asal tepat dan memperluas basis investor.

Sepanjang tahun lalu, APEX berhasil mengebor 124 sumur, baik di darat maupun di lepas pantai. Jasa pengeboran masih menjadi penopang pendapatan APEX. Terhitung hingga Maret 2014, lini bisnis ini sudah menyumbang US$ 50 juta atau sebesar 80,84% dari total pendapatan APEX di kuartal pertama tahun ini.

Per akhir Maret 2014, pendapatan APEX tumbuh 9%  ketimbang setahun lalu atau year-on-year (yoy) menjadi US$ 61,86 juta. Laba bersih APEX juga tumbuh 55% (yoy) menjadi US$ 11,71 juta.

Meski mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan, manajemen APEX mengakui mengalami hambatan untuk menjalani bisnisnya saat ini. Salah satu faktornya yaitu harga minyak dan gas yang tengah fluktuatif. “Dengan harga minyak yang saat ini, pasti bisa mempengaruhi ekspektasi pasar,” terang Frieda. Untuk menyiasati hal tersebut, APEX telah berekspansi ke pasar baru. Yaitu, masuk bisnis pengeboran coalbed methane (CBM) dan pengeboran panas bumi sebagai energi baru. Saat ini Apexindo juga fokus pada kontrak jangka panjang ketimbang mengejar kontrak bertenor pendek maupun jangka menengah.

Editor: Sandy Baskoro


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*