Antisipasi Data AS, Rupiah Menguat

Antisipasi Data AS, Rupiah Menguat

INILAHCOM, Jakarta – Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (5/3/2014) ditutup menguat 10 poin (0,08%) ke posisi 11.580/11.583.

Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, penguatan rupiah Rabu salah satunya dipicu oleh pasar yang mengantisipasi data AS yang bisa memberikan gambaran terhadap data kunci tenaga kerja non-farm payrolls AS yang akan dirilis Jumat (7/3/2014). Setelah ketegangan Ukraina mereda, fokus pasar kembali bergeser ke fundamental ekonomi.

“Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 11.565 setelah mencapai level terlemahnya 11.595 dari posisi pembukaan 11.590 per dolar AS,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Rabu (5/3/2014).

Menurut Christian, dolar AS juga dalam tekanan negatif akibat dua data ekonomi AS yakni data tenaga kerja IDP yang sudah diprediksi turun ke 159 ribu dari sebelumnya 175 ribu dan ISM Non-Manufacturing Index nanti malam yang sudah diprediksi turun ke 53,8 dari sebelumnya 54.

Dua data ini, kata dia, bisa memberikan gambaran kondisi tenaga kerja yang sudah diperkirakan melemah dibandingkan bulan sebelumnya. “Dua data ini cukup penting untuk memproyeksikan laporan non-farm payroll akhir pekan ini,” tandas dia.

Kondisi ini, lanjut dia, memang belum memicu capital inflow bagi pasar domestik. Sebab, pasar belum mendapatkan perbaikan defisit neraca perdagangan secara signifikan dan kestabilan inflasi. “Hanya saja negatifnya data AS membuat sentimen membaik terhadap rupiah,” ungkap dia.

Selain itu, rupiah juga mendapat dukungan dari target pertumbuhan PDB China dalam rapat tahunannya yang ternyata masih di level 7,5%. “Angkan ini sesuai ekspektasi di level 7,5% tidak seburuk seperti yang ditakutkan pasar,” timpal dia.

Namun demikian, penguatan rupiah tertahan seiring penguatan dolar AS terhadap mata uang euro. “Laporan inflasi Eropa turun ke -0,3% dibandingkan sebelumnya 0,2%. Lalu, data service PMI tidak begitu menggembirakan,” ucapnya.

Karena itu, jika dikombinasikan dengan risiko geopolitik Ukraina, ada potensi European Central Bank (ECB) pada rapat besok akan memberikan sinyal pemangkasan suku bunga karena pertimbangan inflasi yang terus merosot. “Akibatnya euro melemah dan dolar AS menguat sehingga membatasi penguatan rupiah,” tuturnya.

Alhasil, rupiah menguat meski dolar AS juga menguat terhadap mayoritas mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa).

Indeks dolar AS menguat tipis ke 80,19 dibandingkan sebelumnya di level 80,13. “Terhadap euro, dolar AS ditransaksikan menguat ke level US$1,3723 dari sebelumnya US$1,741 per euro,” imbuh Christian. [jin]


Sumber: http://www.inilah.com/rss/feed/pasarmodal/

Speak Your Mind

*

*