Analis: Tren harga minyak belum bullish

JAKARTA. Harga minyak bertahan di atas level US$ 50 per barel karena investor optimistis terhadap langkah Arab Saudi yang berencana menaikkan harga minyak. Kondisi ini menunjukkan perbaikan permintaan.

Mengutip Bloomberg, Rabu (4/3) pukul 14.30, pengiriman minyak WTI bulan April di New York Mercantile Exchange menetap di level US$ 50,55 per barel. Harga minyak naik 0,06% dari penutupan hari sebelumnya. Sementara dalam sepekan terakhir, minyak turun 0,86%. Volume semua kontrak berjangka yang diperdagangkan sekitar 10% di bawah rata-rata 100 hari.

Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, kenaikan harga minyak saat ini belum mengonfirmasi tren naik (bullish) jangka panjang. Menurutnya, sentimen yang mempengaruhi pergerakan minyak cukup berimbang. Di satu sisi, suplai minyak AS masih melimpah. Namun, gesekan konflik di Timur Tengah dapat menjaga harga minyak di atas level US$ 50 per barel.

“Secara jangka pendek, harga minyak masih netral. Minyak akan bergerak di kisaran US$ 48-US$ 51 per barel,” tutur Agus.

Nizar Hilmy, analis PT SoeGee Futures mengungkapkan, konflik Libya cukup memberikan sentimen positif bagi minyak. Pelaku pasar mulai khawatir bahwa konflik ini akan mengganggu aktivitas produksi meski sejauh ini kegiatan produksi masih berlangsung. Menurutnya, harga minyak jangka pendek akan bergantung pada data cadangan minyak EIA dan data ekonomi AS yang akan menggerakan dollar. Apabila indeks dollar melaju kencang, maka minyak kesulitan menanjak.

“Kenaikan minyak bersifat sementara. Ke depannya, harga minyak masih akan turun karena kelebihan pasokan masih menjadi sentimen utama,” imbuh Nizar.

Secara teknikal, Agus menjelaskan bahwa harga belum akan bergerak lebih jauh. Hal ini terlihat dari pergerakan harga yang berada di atas moving average 50. Namun harga masih jauh di bawah moving average 100. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area netral dengan garis histogram yang juga bergerak mendatar. Indikator stochastic berada di level 72% dan hampir memasuki area jenuh beli (overbought). Sementara relative strength index (RSI) berada di area netral di level 50%. Ini menegaskan bahwa harga minyak masih konsolidasi.

Agus memprediksi harga minyak sepekan mendatang terbentang di kisaran US$ 47,60-US$ 54,20 per barel. Sementara Nizar menduga harga minyak bergerak di antara US$ 47-US$ 51 per barel.

Editor: Sanny Cicilia


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*