Aksi Teror dan Rendahnya Harga Minyak Ganggu Pemulihan Ekonomi Global

Jakarta -Pemulihan perekonomian global tahun depan dipastikan terganggu, menyusul aksi terorisme yang terjadi di Paris beberapa hari lalu. Aksi tersebut dimungkinkan berlanjut ke negara-negara lainnya, seperti Inggris, Spanyol, Jerman, hingga Jepang.

Rektor Universitas Paramadina Firmanzah menuturkan hal ini sudah menjadi pembicaraan penting pada pertemuan pimpinan negara G20, di Turki. Di mana dengan menggeser topik pembahasan pemulihan ekonomi ke sisi keamanan negara.

“Zona Eropa ada aksi teroris di Paris dan itu juga yang menggeser pertemuan G20 tadinya mmbahas pemulihan ekonomi‎, lantas bergeser ke isu keamanan. Fakta baru sekarang adalah soal memerangi ISIS di dunia,” ujarnya dalam acara Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016 di JW Marriot, Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (19/11/2015)

“Tahun ini paris itu dua kali kena. Maka tidak menutup kemungkinan Madrid, London, Berlin, Tokyo bisa diakses teroris. Jadi kenapa sumber ketidakpastian ini kalau tidak ditangani dengan cepat akan menganggu pemulihan ekonomi di 2016,” jelas Firmanzah.

Kondisi ini adalah aspek baru, selain rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) pada bulan depan dan perlambatan ekonomi China. China diproyeksi tumbuh 6,8% tahun ini, dan sebesar 6,3% tahun depan.

Masalah yang muncul, menurut Firmanzah adalah kalangan investor yang meragukan proyeksi tersebut. Karena bisa saja posisi ekonomi China hanya tumbuh 6,5% tahun ini, seiring dengan gencarnya kebijakan moneter yang dikeluarkan beberapa bulan lalu.

“Banyak investor meragukan kredibilitas dari Beijing, untuk kinerja ekonominya. Apakah benar di tahun ini 6,8%, jangan-jangan cuma 6,5% saja. Jadi transparansi di Tiongkok membuat banyak investor dunia jatuh ke titik nervous,” ujarnya.

Masalah berikutnya muncul dari sisi harga minyak. Iran menurut Firmanzah akan menggelontorkan minyak lebih besar tahun depan dan membawa harga minyak kembali jatuh.‎ Ini harus ada pembicaraan lebih lanjut dari negara-negara yang berkepentingan.

“Tadinya Iran diembargo, nggak bisa ekspor minyak, sekarang saatnya menambah pasokannya ke pasar dunia. Artinya pasokan minyak dunia semakin besar, artinya berpengaruh ke harga. Di samping itu juga harga komoditas dunia semakin rendah,” papar staf ahli Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bidang ekonomi tersebut.

Proyeksi ekonomi dunia tahun depan hanya akan berkisar 3,3%, sesuai yang disampaikan OECD beberapa waktu lalu. Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik hanya datang dari Amerika Serikat dengan 2,5%. Namun tak mampu menopang perekonomian dunia.

“Ekonomi AS yang dimungkin positif 2,5% tahun depan. Tapi tak bsa menopang ekonomi dunia secara keseluruhan,” tegasnya.

(mkl/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*