Aksi Jual Saham Masih Jadi Ancaman

INILAHCOM, Jakarta- Hingga penutupan sore nanti, laju IHSG diprediksi masih terancam aksi jual saham. Dalam situasi itu, tujuh saham disodorkan sebagai bahan pertimbangan.

David Sutyanto, analis First Asia Capital memperkirakan, pada perdagangan saham hingga penutupan sore nanti, tekanan jual diperkirakan akan kembali mendominasi perdagangan. “Ini menyusul meningkatnya kekhawatiran berlanjutnya pelemahan rupiah atas dolar AS dan merosotnya kembali harga komoditas,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Selasa (25/8/2015).

Namun di akhir sesi, diperkirakan akan berpeluang membaik terutama apabila pemerintah merealisasikan rencana buyback saham sejumlah BUMN untuk meredam kepanikan di pasar saham.

IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 4.010 dan resisten di 4.250. Secara teknikal, support pertama IHSG berada di 4.110dan support kedua di level 4.010. Di sisi lain, resisten pertama berada di angka 4.250 dan resisten kedua di level 4.300.

Pada sesi pertama perdagangan Selasa (25/8/2015), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 81,24 poin (1,95%) ke posisi 4.244,969. Sepanjang perdagangan sesi pertama, indeks mencapai level tertingginya di 4.301,775 atau menguat 138,046 poin dan mencapai level terendahnya 4.182,023 atau menguat 18,294 poin.

Kemarin, IHSG kembali anjlok tajam hingga 172 poin atau 3,97% tutup di 4.163 menyusul meningkatnya kekhawatiran atas gejolak pasar saham global dan depresiasi rupiah. Nilai tukar rupiah atas dolar AS untuk pertama kalinya sejak 1998 menembus level Rp14.000 di Rp14.049 (kurs Bloomberg) melemah 0,8% dari akhir pekan lalu.

Tekanan jual di pasar saham kembali meningkat setelah bursa saham China kemarin anjlok 8,5% (indeks Shanghai), terburuk sejak 2007 lalu. Responsnegatif pasar atas gejolak di China telah melanda seluruh pasar emerging market  maupun pasar advanced countries.

The MSCI Asia Pasifik Index kemarin telah koreksi selama tujuh hari perdagangan berturut-turut dan resiko kredit di Asia naik ke level tertinggi sejak Maret 2014. Langkah bank sentral China mendevaluasi mata uangnya secara drastis 3,3% pada pertengahan Agustus lalu dan rencana kenaikan bunga The Fed telah menekan mata uang emerging market.

Dampak yang lebih parah dihadapi rupiah karena ekspor Indonesia anjlok terutama terdampak harga komoditas primer yang terus melemah. Juli lalu ekspor Indonesia turun 19,23% (yoy). Tekanan mata uang emerging market dan dampaknya terhadap perekonomian domestik telah memicu keluarnya arus dana asing dari aset berisiko.

Pada perdagangan kemarin, penjualan bersih asing mencapai Rp734,21 miliar. Sepanjang tahun ini hingga kemarin penjualan bersih asing mencapai Rp5,11 triliun, IHSG anjlok 20,34% sejak awal tahun, dan rupiah koreksi 13% year to date.

Sejalan dengan meningkatnya resiko pasar, tekanan jual kembali melanda perdagangan saham di bursa global tadi malam. Indeks Eurostoxx di zona Euro anjlok 5,35% di 3.073,39. Indeks DJIA di Wall Street pada awal perdagangan sempat anjlok 1000 poin sebelum akhirnya berhasil mengurangi kerugian ditutup anjlok 3,57% atau 588,40 poin di 15.871,35.Indeks S&P anjlok 3,94% di 1893,21.

Harga minyak mentah tertekan hingga 5,81% di US$38,10 per barel. Pemodal menghindar dari aset berisiko seiring meningkatnya kekhawatiran terjadinya krisis China menyusul langkah People’s Bank of China (PBoC)mendevaluasi Yuan pekan sebelumnya secara drastis.  Langkah PBoC ini membuat rencana kenaikan tingkat bunga The Fed menghadapi risiko.

Di atas semua itu, David menyodorkan beberapa saham pilihan sebagai bahan pertimbangan para pemodal. Saham-saham tersebut adalah:


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*