Akibat Serang Ukraina, Rusia Akui Ekonominya Alami Krisis

Sejak krisis Ukraina pecah, akhirnya untuk pertama kalinya pemerintah Rusia mengakui kalau perekonomian mereka sedang mengalami krisis. Deputi Menteri Perekonomian Rusia, Sergei Belyakov mengatakan Rusia telah kehilangan miliaran dolar AS dan uang investasi dalam beberapa pekan terakhir dan hal itu terjadi merupakan dampak dari konflik tersebut.

Selama berminggu-minggu, para pejabat Rusia mengakui konfrontasi antara Rusia dan Barat atas Ukraina bisa menyebabkan Rusia terkena sanksi ekonomi. Pelaku pasar di di Rusia mulai panik Rusia akan mendapatkan sanksi. Hal ini tercermin dari kondisi sistem keuangan, ekonomi, pasar dan perusahaan terbesar di Rusia saat ini.  Banyak ekonom memperkirakan Rusia akan memasuki masa resesi, dan sebagian besar lembaga keuangan sudah mulai memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi negara itu sebagai akibat dari konfrontasi dengan Barat.

Sebelum adanya krisis Ukraina, pemerintah Rusia memperkirakan ekonomi mereka akan berkembang sekitar 2 persen tahun ini. Sejak Presiden Vladimir Putin mengumumkan untuk menyerang Ukraina untuk melindungi suku Rusia di negara itu, para ekonom sudah memperingatkan bahwa Rusia bisa menerima efek buruk yang sangat besar.

Tercatat, indeks MICEX rubel telah kehilangan kapitalisasi pasar lebih dari USD 66 miliar dan bank sentral telah menghabiskan dana cadangan lebih dari USD 16 miliar untuk mempertahankan nilai rubel. Pekan lalu, indeks MICEX turun 7,6 persen dan RTS mata uang dolar turun 8 persen.

Sanksi ekonomi dan keuangan Barat kemungkinan akan menambah ketidakpastian di Rusia dan kini saja negeri ini  sudah kehilangan modal investasi sebesar USD 50 miliar pada kuartal pertama, dibandingkan dengan USD 63 miliar yang terjadi sepanjang tahun 2013 .

Mata uang Rubel turun 11 persen terhadap dolar AS tahun ini dan terus menembus level terendah sepanjang sejarah.

Bank sentral Rusia berjanji untuk menyediakan stabilitas keuangan setelah buntunya penyelesaian masalah dengan negara Barat atas Crimea. Salah satu yang dilakukan adalah secara tak terduga menaikkan suku bunga utama sebesar 150 basis poin untuk membendung pelarian modal.
 
Bank Sentral yang memiliki simpanan emas dan cadangan devisa terbesar ketiga di dunia ini mengatakan mereka memiliki beberapa ruang untuk melakukan manuver. Tetapi jika ketegangan di Ukraina terus meningkat, bank dapat kehilangan cadangan devisa dengan begitu cepat.

 

Rizki Abadi/Journalist at Vibiznews/VM/VBN

Editor: Jul Allens

Pic : vovanews


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*