Akhir 2016, BRI Realisasikan Kredit Pangan Rp200 T

INILAHCOM, Bandung-Per 31 November 2016, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) telah merealisasikan plafond pada sektor pangan sebesar Rp200 trliliun.

Dari nilai tersebut, 83,08%-nya merupakan merupakan pembiayaan di sektor pertanian, mulai sektor mikro, ritel, menengah, hingga korporasi.

“Sisanya, 11,03% merupakan pembiayaan peternakan dan 5,89% merupakan pembiayaan perikanan,” kata Gafyunedi, kepala Divisi Bisnis Program Pangan dan Kemitraan (PPK) PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam Diskusi Redaktur Media Massa Program AKSI Pangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di Bandung, Sabtu (21/1/2017).

Kualitas penyaluran kredit di sektor pangan, lanjut dia, terjaga dengan Nonperforing loan (NPL) sebesar 2,39%. “Kredit pertanian cukup bagus. Selain pertaniannya yang cukup bagus, juga didukung oleh adanya asuransi. NPL BRI secara keseluruhan bahkan bisa turun. Angkanya bisa lebih kecil dari 2%,” papar dia.

Untuk 2017, kredit pangan BRI yang berasal dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) ditargetkan oleh Kementerian Perekonomian sebesar Rp71 triliun. “Dengan bunga rendah di level 9%, KUR banyak diminati. Karena ini KUR, jika penyalurannya lebih dari 100%, subsidi dari kelebihan penyaluran tersebut tak dibayar oleh pemerintah,” papar dia.

Oleh karena itu, menurut dia, penyaluran KUR untuk sektor pangan diusahakan mendekati dan tidak melebihi 100% dari target Rp71 triliun. “Misalnya Rp71,5 triliun. Yang Rp5 miliar nya tidak disubsidi oleh pemerintah,” ucap Gafyunedi.

Kredit pangan terbesar adalah Jawa dan di posisi kedua adalah Sumatera. “Kredit di sektor pangan akan ekspansif seiring pemerintah yang memperluas lahan sawah baru yang sudah dimulai dari Kepulauan Riau, Kalimantan hingga Sulawesi dan support pembiayaanya ada di perbankan,” tuturnya.

Dari sisi risiko kredit, pihaknya mengakui bisa mengatasinya dengan 130 ribu tenaga kerja yang dimiliki perseroan dan sejumlah unit BRI yang didukung oleh satelit. “Kita satu-satunya bank di dunia yang punya satelit. Kita punya tenaga kerja sendiri, punya unit sendiri, seperti teras keliling untuk menjangkau desa terpencil,” ucapnya.

Dari sisi cuaca, risiko kredit sudah diatasi dengan asuransi. “Untuk setiap kesulitan dalam ekspansi kredit, kita sudah melakukan pendidikan dan pelatihan ke kelompok-kelompok petani dan kelompok-kelompok petani perikanan,” tandas dia.

Adapun penyebab kredit bermasalah di sektor pangan sejauh ini lebih dipicu oleh luas lahan yang berkurang. “Salah satunya akibat terkena proyek jalan tol,” tuturnya.

Penyaluran kredit di sektor pangan memiliki tren yang positif. Outstanding November 2016 menunjukkan pertumbuhan 18,87% dibandingkan 2015. “Pertumbuhan ini terjadi di semua segmen kredit BRI, baik di segmen mikro, program, ritel komersial, menengah maupun korporasi,” ujarnya.

Pertumbuhan debitur sektor pangan juga memiliki tren positif. Jumlah debitur November 2016 menunjukkan pertumbuhan 16,54% dari tahun 2015. “Pertumbuhan ini juga terjadi di semua segmen kredit BRI, baik di segmen mikro, program, ritel komersial, menengah maupun korporasi,” katanya.

Menurut dia, terdapat 3,24 juta debitur sektor pangan yang menikmati kredit dari BRI dan terlayani di setiap wilayah di Indonesia. “Untuk program aksi pangan, BRI mengalokasikannya sesuai berdasarkan target KUR. Selebihnya, aksi pangan juga dibantu oleh CSR,” imbuh Gafyunedi. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*