Agus Marto: Waspadai Gejala Super Dolar AS di 2016

Jakarta -Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih akan tertekan di tahun ini. Selain adanya kenaikan suku bunga AS The Federal Reserve (The Fed) secara gradual, penurunan harga minyak juga akan menekan gerak rupiah.

Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, periode super dolar alias penguatan dolar AS akan kembali terjadi di tahun ini.

“Di 2016 kita perlu waspada karena harga minyak dan komoditi terus ada tekanan. Harga minyak rendah membuat harga komoditi turun, kemudian waspada ada periode super dolar, yaitu dolar cenderung menguat,” kata Agus usai Pembukaan Perdagangan Perdana Saham di Gedung BEI, Jakarta, Senin (4/1/2016).

Meski demikian, Agus menjelaskan, dampak dari kenaikan suku bunga AS di tahun ini sudah diperkirakan sebelumnya.

Meskipun akan ada tekanan, paling tidak kenaikan Fed fund rate memberikan satu kepastian terhadap pasar keuangan Indonesia.

“Itu (kenaikan The Fed) sudah diperhitungkan, kita tahu bahwa itu akan gradual jadi kita mesti lebih hati-hati. Bagi Indonesia dan negara-negara berkembang, adanya kepastian bahwa setelah 9 tahun Fed fund rate naik dan akan dilakukan secara gradual itu akan memberikan kepastian,” terang dia.

Lebih jauh Agus menjelaskan, yang patut diwaspadai adalah soal harga minyak yang terus turun, ini berdampak pada komoditi-komoditi yang lain karena di tahun 2016 masih akan tertekan.

“Secara umum, nilai tukar akan kembali lebih stabil, kita melihat bahwa tantangan utama rupiah masih besarnya impor dibandingkan ekspor,” katanya.

Agus menambahkan, baik pemerintah maupun BI harus bersama-sama membangun optimisme di tahun 2016.

“Jadi kita harus bangun optimisme, bangun Indonesia karena potensi kita besar walaupun tantangan global masih ada,” pungkasnya.

(drk/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*