Ada 'Super Dolar AS', Bawa Pulang Devisa RI di Singapura

Jakarta -Indonesia akan mengalami fenonema super dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa tahun ke depan. Indonesia butuh banyak dolar AS yang beredar di dalam negeri supaya nilai tukar rupiah tidak anjlok

Pengamat Pasar Valuta Asing (Valas) Farial Anwar mengatakan, selama ini banyak eksportir menyimpan uang di luar negeri, salah satunya di Singapura, sehingga Indonesia tidak menikmati devisanya secara langsung.

“Eksportir sekarang ini dolarnya parkir di Singapura, padahal Indonesia lagi butuh devisa. Kita jadi tidak bisa menikmati, tapi malah Singapura yang menikmati,” katanya ketika dihubungi detikFinance, Senin (11/5/2015).

Maka dari itu, kata Farial, seharusnya pemerintah mewajibkan eksportir untuk menaruh uangnya di dalam negeri dan tidak boleh diparkir lama-lama di luar negeri.

Singapura selama ini menjadi lokasi favorit pengusaha dan orang-orang kaya Indonesia untuk menyimpan dana. Jumlahnya diprediksi mencapai Rp 4.000 triliun.

“Seharusnya memang ada kewajiban uangnya harus disimpan di dalam negeri, tidak boleh parkir di luar negeri,” ucapnya.

Pemerintah memang sudah mewajibkan eksportir menggunakan fasilitas transaksi internasional Letter of Credit (L/C). Ketentuan ini bertujuan agar devisa ekspor yang didapat para eksportir dicatat di dalam negeri.

Ketentuan wajib L/C ini berlaku mulai 1 April 2015. Ketentuannya hanya berlaku untuk eksportir berbasis sumber daya alam seperti eksportir batu bara, nikel, kelapa sawit, dan lainnya.

Farial menambahkan, Bank Indonesia (BI) dengan cadangan devisa RI saja tidak akan cukup menahan penguatan dolar AS. Penguatan mata uang Paman Sam ini dipicu oleh rencana The Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan.

(ang/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*