Ada Perang Mata Uang, Menkeu Bambang: Rupiah Dalam Tekanan

Jakarta -Dunia sedang dilanda perang kurs alias perang mata uang. Banyak negara berlomba-lomba melemahkan nilai tukar mata uangnya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) supaya menaikkan daya saing ekspor.

Menurut Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, perang kurs ini akan berimbas negatif ke Indonesia. Salah satu imbasnya adalah rupiah yang akan berada dalam tekanan dolar Amerika Serikat (AS) seperti sekarang ini.

“Memang rupiah akan dalam tekanan. Makanya saya dengan BI (Bank Indonesia) akan jaga terus,” ujarnya di Cilincing, Jakarta Utara, Senin (21/8/2015).

Saat ini berbagai negara berlomba-lomba melemahkan mata uangnya. Bukan tanpa alasan, pelemahan mata uang ini sengaja dilakukan untuk meningkatkan daya saing ekspor.

Dengan pelemahan mata uang, harga barang-barang ekspor negaranya menjadi murah. Negara yang baru-baru ini melakukan hal tersebut adalah China yang mendevaluasi yuan hingga lebih dari 3%.

Langkah serupa dilakukan Vietnam yang dengan sengaja melemahkan mata uang dong agar barang ekspornya bisa bersaing. Langkah seperti ini yang memicu perang mata uang alias kurs.

“China devaluasi (yuan) berusaha memperbaiki competitiveness (daya saing). Nah, pesaingnya yang akan merasa terganggu. Korea, Jepang, Vietnam, India, dan seterusnya. Jadi, masing-masing dalam posisi, mata uangnya kalau bisa tidak terlalu kuat begitu,” kata Bambang.

(ang/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*