2020, IEA Perkirakan Harga Minyak Mentah US$ 80 per Barel

Rabu, 11 November 2015 | 04:09 WIB

TEMPO.CO , London: Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan harga minyak dunia baru akan kembali pulih secara bertahap dan mencapai level US$ 80 per barel pada 2020 mendatang. Proyeksi itu meskipun angka investasi di sektor migas dunia menurun. Sebab angka permintaan minyak dunia akan terus naik menuju level US$ 1 juta barel per hari per tahun.

“Dalam skenario moderat, kami harus mengantisipasi tumbuhnya permintaan secara tahunan dari 900 ribu barel per hari menjadi 1 juta barel per hari pada 2020. Hingga pada 2040 angka permintaan menjadi 103,5 juta barel per hari ujar Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol seperti dikutip Reuters, Selasa, 10 November 2015.

Menurut Birol, anjloknya harga minyak ke level US$ 50 per barel tahun ini telah mengakibatkan pemangkasan produksi di AS. “Perkiraan kami harga baru menyentuh US$ 80 per barel pada 2020,” ujar Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol.

Pernyataan IEA tersebut untuk merespons sikap yang disampaikan oleh Arab Saudi sebagai pemimpin Negara-Negara Produsen dan Eksportir Minyak (OPEC) sebelumnya kembali menyatakan tak akan memangkas produksi. Sebab Arab Saudi yakin tahun depan harga minyak akan kembali naik. Pernyataan itu menunjukkan dalam pertemuan OPEC di Wina, Austria, pada 4 Desember mendatang, maka Arab Saudi akan tetap memutuskan untuk mempertahankan produksinya.

Harga minyak sempat menguat sebentar pada musim semi, namun kembali terjun pada Juli. Patokan harga minyak global Brent anjlok di level terendah dalam enam tahun pada Agustus lalu. Kemarin harga minyak Brent untuk pengiriman Desember diperdagangkan di level US$ 47 per barel, atau anjlok 59 persen dibandingkan US$ 115 per barel pada Juni 2014.

Perang harga minyak antara IEA dan OPEC semakin sengit, karena di satu sisi OPEC ingin mengembalikan era harga dan biaya produksi minyak murah. Namun IEA menilai kebijakan tersebut akan menjadi bumerang bagi OPEC sendiri. IEA menilai era harga minyak murah yang berlangsung lama akan berdampak negatif terhadap anggaran negara-negara anggota OPEC sendiri.

IEA adalah badan energi yang berbasis di Paris dan hanya beranggotakan negara-negara maju (OECD) di antaranya Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Australia dan lainnya. Adapun OPEC yang berbasis di Wina, Austria beranggotakan Arab Saudi, Irak, Iran, Venezuela, Kuwait, Uni Emirat Arab, yang AS juga termasuk jadi salah satu anggotanya.

Menurut IEA, harga yang terus turun telah mengakibatkan investasi minyak senilai US$ 200 miliar tertunda dan terjadi pemangkasan ribuan karyawan di sektor tersebut. IEA memperkirakan tahun ini investasi minyak anjlok 20 persen.

Beberapa negara dengan biaya produksi minyak tinggi seperti Kanada, Brazil, dan AS disebut telah menjadi korban dari murahnya harga minyak saat ini. Investasi sektor minyak di negara-negara tersebut anjlok lebih dalam dibandingkan negara-negara produsen minyak lain. Meski begitu, penurunan itu dikompensasi oleh naiknya produksi minyak Irak dan Iran.

Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali al-Naimi, sebelumnya menyatakan pasar minyak global sudah menunjukkan tanda-tanda membaik meskipun ekonomi Cina mengalami perlambatan. Dia juga yakin keseimbangan pasar permintaan dan pasokan minyak akan segera kembali terjadi. Negara-negara OPEC yang dipimpin Arab Saudi akan terus mempertahankan dan menaikkan produksinya guna memenuhi permintaan pasar global. Tujuannya agar biaya produksi minyak kembali menjadi murah.

Adapun pemerintah Iran menargetkan peningkatan ekspor minyak sebesar 500 ribu barel per hari pada akhir November atau awal Desember ketika negara itu sudah benar-benar terbebas dari dampak sanksi ekonomi. Saat ini Iran telah mengekspor sekitar 1 juta barel per hari ke Asia dan Turki. Menteri Energi Iran, Bijan Zangeneh menyatakan produksi minyak Iran akan naik 1 juta barel per hari pada Maret tahun depan. “Kembali normalnya ekspor minyak Iran tak akan menekan harga di pasar karena harga minyak di pasar sebelumnya telah disesuaikan,” ungkapnya.

REUTERS | FINANCIAL TIMES | ABDUL MALIK


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*